Rabu, 31 Agustus 2022

Puan-ku

Selamat malam, tuan putri.
Bolehkah kita berbincang sebentar?

Kau bilang, kau adalah perempuan yang jauh dari kata pantas untuk berjalan beriringan denganku.

Aku bilang, aku adalah laki laki yang tak tahu malu karena telah berani beraninya meminta agar bisa bersanding dengan perempuan hebat sepertimu.

Kau bilang, kau penuh dengan kekurangan, pun aku juga demikian.

Tuan putri, manusia bukanlah lembayung yang gradasinya terbilang sempurna, kita hanyalah gumpalan tanah yang kebetulan diberi nyawa.

Namun, meski begitu. Tidak ada yang membuatku ragu perihal mencintaimu. Jika saja aku bisa meminjamkan bola mata ini kepadamu, mungkin kau akan segera tahu mengenai alasanku bisa sejauh ini ketika memandang segala sesuatu tentangmu.

Tanpa kau sadari, kau terlahir begitu istimewa, sayang. Jadi, bolehkah aku memandaskan sisa waktuku bersamamu? Sebab, jika aku harus meredup. Setidaknya, aku ingin kau dan aku bisa meredup sebagai debu yang menjadi satu.