Lampu tidur yang selalu kuredupkan,
Aku masih menyulam puisi,
Menikmati tiap luka yang konon membara.
Ada api dan angin yang riuh dikepalaku,
Membuatku terbakar,
Hangus, lenyap, menyebar tak karuan.
Menjadi serpihan debu,
Yang tak pernah terlihat,
Tak dipedulikan,
Dan tak lagi dianggap.
Aku dibunuh berulang kali,
Oleh dunia yang kerap kali terlalu dingin,
Untuk selalu aku hinggapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar