Sabtu, 11 Februari 2017

Ayahku

Pahlawan tanpa tanda jasa bukanlah guru,  namun engkau ayahku.
Vitamin yang selalu membangkitkanku, mengalahkan obat paling ampuh.
Senyum darimu juga separuh hidupku.
Darahmu pun ikut mengalir diragaku.

Ayah, kau tau setiap hari aku rindu.
Mengingat masa kala itu,  yang bahagia nan membekas.
Kau sempat buatku luka, buatku muak nan tak tau apakah ku harus membencimu.
Namun kusalah jikalau ku harus membenci darahku sendiri.

Ingatanku kian kuat ketika kupikirkan dirimu, karena mengingatmu buatku tenang.

Kau tau ayah, ku ingin mengaduk kopi bersamamu sekarang.
Aku sudah kian dewasa untuk menghabiskan kopi berdua bersamamu membahas bahasan dewasa.
Namun apa daya kau jauh disana.

Kau tau ayah, aku juga ingin memeras keringat untukmu.
Karena kutahu keringatmu sudah membesarkanku hingga sekarang.

Terdiam dan merenung tak menentu.
Dalam diam kubersedih namun dalam pikiranku tersenyum mengingatmu.
Semoga kita dipertemukan secepatnya lagi.

Banyak keresahanku yang ingin kutuangkan kepadamu.
Banyak hal yang ingin kubagi padamu.
Seperti halnya ketika kau peringatkanku dan memakiku ketika kusalah.
Seakan aku sekarang ingin lakukan kesalahan setiap hari, agarku merasakan lagi amarahmu padaku yang penuh kasih.

Terimakasih, anakmu kini sedang berusaha membuatmu bangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar